Peran Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dalam Peningkatan Layanan Kedokteran Gigi di Daerah Terpencil

Akses terhadap layanan kesehatan gigi di daerah terpencil Indonesia masih menjadi tantangan besar. Kurangnya dokter gigi, fasilitas terbatas, dan kesadaran masyarakat yang rendah dapat meningkatkan risiko masalah gigi dan mulut. Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) memiliki peran strategis dalam memperluas akses layanan kedokteran gigi, terutama di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau.

Salah satu upaya PDGI adalah menyusun pedoman praktik dokter gigi untuk pelayanan di daerah terpencil. Pedoman ini mencakup strategi skrining, perawatan dasar gigi dan mulut, edukasi kesehatan, serta penanganan kasus darurat. Dokumen ini dikenal sebagai Pedoman Layanan Kedokteran Gigi Daerah Terpencil PDGI, yang menjadi acuan dokter gigi agar dapat memberikan pelayanan aman, efektif, dan berkelanjutan.

Selain pedoman, PDGI menyelenggarakan program pelatihan khusus bagi dokter gigi yang bertugas di wilayah terpencil. Pelatihan ini mencakup manajemen perawatan gigi dengan fasilitas terbatas, teknik edukasi masyarakat, penggunaan alat portable, serta penanganan pasien dengan kondisi medis khusus. Program ini tergabung dalam Program Peningkatan Kompetensi Dokter Gigi Daerah Terpencil PDGI, yang bertujuan memastikan dokter gigi siap menghadapi tantangan lapangan.

PDGI juga memfokuskan pada edukasi masyarakat lokal untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan gigi dan mulut. Edukasi ini meliputi cara menyikat gigi yang benar, penggunaan benang gigi, pemeriksaan rutin, serta pola makan yang mendukung kesehatan gigi. Kegiatan ini dilakukan melalui Gerakan Edukasi Kesehatan Gigi Masyarakat Terpencil PDGI, yang menjangkau sekolah, posyandu, dan komunitas setempat.

Selain edukasi dan pelatihan, PDGI terlibat dalam advokasi kebijakan kesehatan untuk memperluas akses layanan gigi di daerah terpencil. Organisasi ini memberikan rekomendasi kepada pemerintah terkait penyediaan dokter gigi tambahan, distribusi alat dan obat esensial, serta pembangunan fasilitas kesehatan gigi yang memadai. Advokasi ini termasuk dalam Inisiatif Kebijakan Layanan Kedokteran Gigi PDGI, yang memastikan layanan gigi merata dan berkualitas bagi seluruh masyarakat Indonesia.

PDGI juga mendorong penelitian terkait kesehatan gigi di daerah terpencil, termasuk studi epidemiologi penyakit gigi, efektivitas program pencegahan, dan inovasi perawatan portable. Hasil penelitian ini menjadi dasar pengembangan pedoman dan strategi pelayanan yang lebih tepat sasaran.

Dengan berbagai inisiatif tersebut, PDGI berkomitmen memperkuat layanan kesehatan gigi di seluruh Indonesia, termasuk wilayah terpencil. Dukungan dokter gigi, masyarakat, dan pemerintah menjadi kunci agar akses layanan gigi meningkat, kesehatan mulut masyarakat terjaga, dan kualitas hidup masyarakat meningkat secara signifikan.


Peran Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dalam Penanganan Penyakit Gusi dan Periodontal

Penyakit gusi dan periodontal menjadi salah satu masalah kesehatan mulut yang sering diabaikan, padahal dapat menyebabkan kerusakan gigi, kehilangan gigi, dan berdampak pada kesehatan tubuh secara keseluruhan. Faktor risiko seperti kebersihan mulut yang buruk, diabetes, merokok, dan stres dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit ini. Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) memiliki peran penting dalam pencegahan, deteksi dini, dan penanganan penyakit gusi melalui edukasi, pelatihan dokter gigi, dan advokasi kebijakan kesehatan.

Salah satu langkah strategis PDGI adalah menyusun pedoman praktik kedokteran gigi yang fokus pada kesehatan gusi dan jaringan periodontal. Pedoman ini mencakup skrining rutin, pencegahan penyakit gusi, teknik scaling dan root planing, serta edukasi pasien mengenai perawatan gigi di rumah. Dokumen resmi ini dikenal sebagai Panduan Penanganan Penyakit Gusi PDGI, yang menjadi rujukan dokter gigi dalam memberikan layanan berkualitas dan berbasis bukti.

Selain pedoman, PDGI secara rutin mengadakan pelatihan bagi dokter gigi terkait manajemen penyakit periodontal. Pelatihan mencakup teknik pembersihan profesional, penanganan infeksi gusi, manajemen kasus kompleks, serta pendekatan edukatif kepada pasien untuk meningkatkan kesadaran menjaga kesehatan gusi. Kegiatan ini dijalankan melalui Program Peningkatan Kompetensi Dokter Gigi PDGI, yang bertujuan memperkuat kemampuan dokter gigi dalam memberikan layanan preventif dan kuratif.

PDGI juga memfokuskan pada edukasi masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan gusi. Edukasi ini mencakup cara menyikat gigi yang benar, penggunaan benang gigi, pemeriksaan rutin ke dokter gigi, serta menghindari faktor risiko seperti rokok dan konsumsi gula berlebih. Kampanye ini termasuk dalam Gerakan Peduli Kesehatan Gusi PDGI, yang menjangkau sekolah, komunitas, dan fasilitas kesehatan untuk membangun kesadaran masyarakat.

Selain edukasi dan pelatihan, PDGI berperan dalam advokasi kebijakan kesehatan nasional terkait penyakit gusi dan periodontal. Organisasi ini memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai program pencegahan penyakit mulut, integrasi layanan periodontal di puskesmas, serta peningkatan jumlah dokter gigi di wilayah terpencil. Advokasi ini dilakukan melalui Inisiatif Kebijakan Kesehatan Gusi PDGI, yang bertujuan memastikan layanan gigi dan mulut dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.

PDGI juga mendorong penelitian ilmiah dalam bidang penyakit periodontal, termasuk studi epidemiologi, metode pencegahan inovatif, dan teknik perawatan modern. Hasil penelitian digunakan untuk memperbarui pedoman praktik dan strategi layanan yang lebih efektif.

Melalui berbagai upaya ini, PDGI berkomitmen memperkuat pencegahan dan penanganan penyakit gusi di Indonesia. Dengan dukungan dokter gigi, masyarakat, dan pemerintah, kesehatan gusi dapat terjaga, risiko kehilangan gigi berkurang, dan kualitas hidup masyarakat meningkat secara signifikan.


Peran Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dalam Pencegahan Masalah Gigi Anak

Kesehatan gigi anak merupakan fondasi penting untuk kesehatan mulut sepanjang hidup. Masalah seperti gigi berlubang, infeksi gusi, dan pertumbuhan gigi yang tidak teratur masih banyak ditemukan pada anak-anak di Indonesia. Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) memiliki peran strategis dalam pencegahan dan penanganan masalah gigi anak melalui edukasi, pelatihan dokter gigi, dan program kesehatan masyarakat.

Salah satu langkah PDGI adalah menyusun pedoman perawatan gigi anak yang dapat dijadikan acuan oleh dokter gigi dan tenaga kesehatan. Pedoman ini mencakup pemeriksaan rutin, teknik pencegahan karies, penggunaan fluoride, hingga pengelolaan masalah gigi susu. Dokumen ini dikenal sebagai Pedoman Perawatan Gigi Anak PDGI, yang menjadi rujukan utama untuk memastikan anak-anak mendapatkan layanan yang aman dan efektif.

Selain pedoman, PDGI secara rutin mengadakan pelatihan bagi dokter gigi terkait manajemen gigi anak. Pelatihan mencakup teknik pemeriksaan yang ramah anak, penanganan gigi berlubang, perawatan ortodontik dini, hingga edukasi keluarga mengenai kebiasaan sehat untuk mulut. Kegiatan ini dikelola melalui Program Peningkatan Kompetensi Dokter Gigi Anak PDGI, yang bertujuan meningkatkan keterampilan dokter gigi dalam memberikan layanan preventif dan kuratif.

PDGI juga memfokuskan diri pada edukasi masyarakat, terutama orang tua, guru, dan anak-anak, tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi sejak dini. Edukasi ini meliputi cara menyikat gigi yang benar, pentingnya penggunaan benang gigi, pemilihan makanan yang sehat untuk gigi, serta pentingnya pemeriksaan gigi rutin. Kegiatan ini termasuk dalam Gerakan Edukasi Kesehatan Gigi Anak PDGI, yang dilakukan di sekolah, posyandu, dan komunitas untuk membangun perilaku hidup sehat sejak dini.

Selain edukasi dan pelatihan, PDGI berperan dalam advokasi kebijakan kesehatan gigi anak. Organisasi ini memberikan rekomendasi kepada pemerintah tentang integrasi program kesehatan gigi anak di sekolah dan puskesmas, penyediaan fasilitas fluoride, serta distribusi dokter gigi di wilayah terpencil. Advokasi ini termasuk dalam Inisiatif Kebijakan Kesehatan Gigi Anak PDGI, yang memastikan anak-anak di seluruh Indonesia memiliki akses layanan gigi berkualitas.

PDGI juga mendorong penelitian terkait kesehatan gigi anak, mulai dari epidemiologi karies, efektivitas intervensi pencegahan, hingga inovasi perawatan gigi ramah anak. Hasil penelitian ini digunakan untuk memperbarui pedoman praktik dan strategi layanan yang lebih efektif.

Melalui berbagai inisiatif tersebut, PDGI berkomitmen meningkatkan kesehatan gigi anak Indonesia. Dengan dukungan dokter gigi, orang tua, sekolah, dan pemerintah, masalah gigi pada anak dapat dicegah sejak dini, membentuk generasi dengan kesehatan mulut yang lebih baik dan kualitas hidup yang lebih tinggi.


Peran Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dalam Peningkatan Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian penting dari kesehatan secara keseluruhan, namun sering kali masih kurang mendapat perhatian masyarakat di Indonesia. Masalah seperti gigi berlubang, penyakit gusi, dan kehilangan gigi dapat memengaruhi kualitas hidup, pola makan, hingga kesehatan tubuh secara umum. Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) berperan strategis dalam meningkatkan kesadaran, pencegahan, dan penanganan masalah kesehatan gigi dan mulut melalui edukasi, pelatihan, dan advokasi kebijakan.

Salah satu langkah PDGI adalah menyusun pedoman praktik kedokteran gigi yang dapat digunakan dokter gigi di seluruh Indonesia. Pedoman ini mencakup tata laksana perawatan gigi dan mulut, pencegahan penyakit gigi, serta standar keselamatan dan etika profesi. Dokumen resmi ini dikenal sebagai Pedoman Praktik Kedokteran Gigi PDGI, yang menjadi rujukan utama dokter gigi dalam memberikan layanan yang aman dan berkualitas.

Selain pedoman, PDGI secara aktif menyelenggarakan pelatihan dan workshop bagi dokter gigi untuk meningkatkan kompetensi klinis dan manajemen praktik. Pelatihan ini mencakup prosedur perawatan gigi modern, teknologi digital dalam kedokteran gigi, manajemen pasien dengan kondisi khusus, serta praktik pencegahan infeksi. Program pelatihan tersebut dijalankan melalui Program Peningkatan Kompetensi Dokter Gigi PDGI, yang bertujuan memastikan tenaga medis gigi memiliki kemampuan terkini dan berbasis bukti.

PDGI juga memfokuskan diri pada edukasi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Edukasi ini mencakup pentingnya menyikat gigi secara teratur, menggunakan benang gigi, pemeriksaan rutin ke dokter gigi, serta pola makan yang mendukung kesehatan mulut. Kampanye ini dikemas dalam Gerakan Peduli Kesehatan Gigi dan Mulut PDGI, yang menjangkau sekolah, komunitas, dan puskesmas untuk membentuk perilaku hidup sehat sejak dini.

Selain edukasi dan pelatihan, PDGI berperan dalam advokasi kebijakan kesehatan nasional terkait kesehatan gigi dan mulut. Organisasi ini memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai penyediaan layanan kesehatan gigi yang merata, integrasi program pencegahan gigi dan mulut di fasilitas kesehatan primer, serta pengembangan fasilitas dan sumber daya manusia. Advokasi ini termasuk dalam Inisiatif Kebijakan Kesehatan Gigi dan Mulut PDGI, yang memastikan layanan gigi berkualitas dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.

PDGI juga mendorong penelitian ilmiah dalam bidang kedokteran gigi, termasuk inovasi perawatan, epidemiologi penyakit mulut, dan metode pencegahan berbasis komunitas. Hasil penelitian ini menjadi dasar pengembangan pedoman praktik dan strategi layanan yang lebih efektif.

Melalui berbagai inisiatif tersebut, PDGI berkomitmen memperkuat layanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia. Dengan dukungan dokter gigi, pemerintah, dan masyarakat, kesehatan gigi dan mulut dapat meningkat, risiko penyakit berkurang, dan kualitas hidup masyarakat pun ikut meningkat.


Kerajinan Peru: Perpaduan Magis antara Budaya Pra-Kolombia

Kerajinan Peru adalah jendela yang kaya warna menuju sejarah dan spiritualitas Andes. Ia merupakan perpaduan magis yang langka, berhasil mempertahankan teknik kuno dari era Pra-Kolombia sambil beradaptasi dengan estetika dan kebutuhan pasar modern. Setiap benda yang dihasilkan—mulai dari tekstil hingga keramik—membawa Kisah Perjuangan Keluarga dan warisan budaya yang tak ternilai harganya.

Salah satu ciri khas utama kerajinan Peru adalah tekstilnya. Menggunakan serat alpaca dan llama yang lembut, para pengrajin melanjutkan tradisi menenun yang telah berusia ribuan tahun. Pewarna alami yang diekstrak dari tumbuhan dan serangga menghasilkan palet warna cerah. Motif geometris dan simbol hewan (seperti kondor dan llama) memiliki Makna Simbolis Motif yang diwariskan dari peradaban Inca dan Moche.

Keramik juga menjadi Potret Resi kebudayaan kuno. Di daerah Nazca dan Moche, pengrajin modern mereplikasi teknik tembikar dengan detail luar biasa. Meskipun tekniknya otentik, sentuhan modern terlihat pada penggunaan glasir yang lebih halus dan desain yang disederhanakan agar lebih sesuai dengan dekorasi rumah kontemporer, menunjukkan adaptasi yang cerdas.

Kisah Perjuangan Keluarga pengrajin Peru adalah tentang melestarikan warisan di tengah tantangan ekonomi. Generasi muda dilatih sejak dini, memastikan bahwa Strategi Pengajaran teknik menenun dan memahat yang rumit tidak punah. Skill yang diwariskan ini adalah modal utama mereka untuk bersaing di pasar global yang didominasi oleh produksi massal.

Perpaduan Magis antara kuno dan modern ini paling jelas terlihat dalam pasar fashion. Desainer Peru kini memasukkan tekstil tenun tangan dan bordir tradisional yang rumit ke dalam pakaian dan aksesori modern. Ini mengubah kerajinan lokal menjadi produk high-end yang diminati di catwalk internasional, Meningkatkan Konsentrasi pada kualitas.

Untuk mencapai Harmoni Sempurna antara tradisi dan tren, para pengrajin Peru secara aktif berkolaborasi dengan desainer global. Kolaborasi ini membantu mereka memahami permintaan pasar internasional mengenai warna, ukuran, dan fungsi, tanpa harus mengorbankan integritas teknik dan Makna Simbolis Motif tradisional.

Tantangan bagi industri ini adalah memastikan praktik perdagangan yang adil (fair trade). Dengan permintaan global yang tinggi, penting untuk memastikan bahwa para pengrajin, yang sebagian besar adalah perempuan di pedesaan, menerima kompensasi yang adil dan Biaya Administrasi yang minimal, menghargai waktu dan keterampilan mereka.

Perpaduan Magis kerajinan Peru menunjukkan bahwa budaya dapat menjadi kekuatan ekonomi yang berkelanjutan. Warisan Pra-Kolombia bukan hanya dipajang di museum, tetapi dihidupkan dalam produk sehari-hari yang memiliki fungsi dan cerita. Ini adalah model sukses pelestarian budaya melalui inovasi.

Pada akhirnya, membeli kerajinan Peru berarti berinvestasi pada Kisah Perjuangan Keluarga yang mendalam dan warisan seni yang tak lekang oleh waktu. Setiap sentuhan modern pada kerajinan tersebut adalah bukti ketahanan budaya yang terus beradaptasi dan berkembang.


Protocolos Barra Grau

Recepción de mercadería: 

  • Se ha destinado una zona de desinfección en la entrada de nuestro almacén.
  • Todas las botellas y cajas se colocan en la zona designada y son desinfectadas una por una, incluida la caja en donde vienen las botellas.
  • Luego son trasladadas a otro punto previo a su ingreso al  almacén.
  • Una vez en el almacén y se colocan en los racks de acuerdo a la ubicación de cada cervecería, en un ambiente de temperatura controlada y lejos del ingreso de luz.

Armado de packs: 

  • Se ha destinado una mesa de trabajo dentro del almacén específicamente para el armado de pedidos.
  • Una sola persona entra al almacén, previa toma de temperatura, y será quien se  encargue de armar cada pedido usando los implementos de seguridad correspondiente (mascarilla, protector facial y desinfección constante de las manos con alcohol)

Despacho de pedidos: 

  • Contamos con motorizados propios, ellos al llegar al almacén se ubican en en la zona designada, manteniendo la distancia entre ambos (1.5m), pasan por el control de temperatura y de desinfección.
  • Los pedidos se colocan en una mesa, previamente desinfectada, y cada uno recoge sus pedidos, de forma individual y no yendo todos al mismo tiempo.
  • Asimismo, los motorizados cuentan con alcohol líquido, alcohol en gel, mascarilla y el manubrio de la moto también es desinfectado constantemente.

Protocolo para entrega de pedidos Cero Contacto:  

  • El motorizado al llegar al punto de entrega, se desinfectará las manos y procederá a llamar al cliente para avisar que ya se encuentra en el punto.
  • Colocará el banco, previamente desinfectado, en donde serán puestos los pedidos para que el cliente  pueda recepcionarlos.
  • El motorizado se colocará a una distancia de 1.5m del banco y esperará a que el cliente recoja el pedido, previa verificación de la identidad de la persona sin contacto.
  • Una vez que el cliente se haya retirado,  el banco será desinfectado nuevamente y se dará por concluida la entrega.

Indicaciones y recomendaciones adicionales:

  • Debido a nuestra política de Entrega Cero Contacto hemos suspendido la Opción de Pago Contra-entrega. Esto por su seguridad y la nuestra.
  • Se recomienda, realizar su propio proceso de desinfección al recibir el pedido tanto de la caja como del contenido.

Los llevamos siempre en el pensamiento

En estos tiempos de confinamiento y separación física necesaria, creemos que es más importante que nunca aprender a conectar de otros modos. Así que ya saben, los llevamos siempre en el pensamiento

 


Redescubriendo Cervecería del Valle

Y algún día teníamos que volver.  Pasó casi un año para que alguien del equipo de Barra Grau visitara nuevamente a nuestros amigos de Cervecería del Valle. Esta vez fue Eduardo con una cuota más de aventura.

Y la aventura inicia así:

Estaba en pleno tour del Valle Sagrado con destino final Ollantaytambo, donde íbamos a pasar la noche. De camino al alojamiento, pasamos de forma fugaz por la entrada de Cervecería del Valle y dentro de mí el bicho cervecero se despertó: no podía dejar de pasar la oportunidad de gozar esta experiencia.

Ya en Ollantaytambo y con tiempo libre por delante, acudí a mi amigo Google Maps para ver cómo llegar a la cervecería. Me dijo lo siguiente: 10 min en auto (1 sol el pasaje por tramo-colectivo)  y 1h y 10min caminando. Mi primera reacción fue: No! Cómo puede ser tanta la diferencia! De todas maneras el GPS de Google Maps está afectado por la altura.

Así que decidí ir caminando. ¡Y no pude haber elegido mejor! Un paisaje realmente de película me albergaba y acobijaba, volviendo esta experiencia única. Tirando planta entre carretera, vías del tren y un hermoso río, hizo que cada minuto de la 1h y 5min que me tomó llegar – sí, al final Google maps no se equivocó –  valiera la pena.
Ya en el taproom y con 9 caños por delante, me aventuré a probar todas las cervezas. Desde las ya clásicas «Be kind pale ale»,  «Inti punku ipa» hasta la «Del Valle a Barranco», una imperial brown ale que con su adición de miel nos da tanto amor. Todo esto acompañado de una rica canchita serrana y unos buenos intercambios cerveceros con la gente de lugar.
Para aquellos amantes de la cerveza,  los que les gusta descubrir y experimentar,  esta visita a Cervecería del Valle es más que recomendada. Es agradecer por cada historia que hay detrás de una cerveza y disfrutar.

Bonus:

Puedes perdir un tour a sus instalaciones para conocer un poco más del proceso de elaboración de su cerveza.


El día que conocí las IPAs

La primera vez que me enfrenté a un vaso de IPA fue durante una cata guiada. Para ese entonces ya habíamos decidido que queríamos mover nuestra orientación profesional hacia el apasionado mundo de las cervezas artesanales. Apasionado porque como ya lo hemos contado algunas veces en este blog, la mitad de las razones para tomar decisiones en este sector es, antes que la razón: el ímpetu, el chispazo, el puro amor a la camiseta.

Pero el momento en que pasó la cata estábamos en un punto distinto en nuestras vidas. En aquella época éramos personas muy juiciosas y diligentes. Yo pensaba estratégicamente que tener a una persona contándonos historias sobre cervezas mientras probábamos distintos estilos era el modo más eficiente de conocer nuestro mercado. Nuestro target. Nuestro producto. Que poquito sabíamos de la cerveza y de lo que realmente significa.

Pero esa noche comenzó así. La guía nos contaba historias sobre las primeras cervezas fabricadas en Egipto hace miles de años. O la curiosa historia de la cerveza que era transportada a la India y a la que se le añadió más lúpulo para que aguantara mejor el viaje, y que con el tiempo se transformó en un estilo conocido como la Pale Ale de la India y que hoy tiene un día en el calendario dedicado exclusivamente a su memoria.

Los que estábamos esa noche éramos mayormente desconocidos y la timidez o el recelo habitual nos mantenía muy reservados. Cada uno en su subgrupo. La guia, con la experiencia de haber hecho muchos de estos talleres antes nos dijo con una media sonrisa: bueno, tranquilos, ya van a ver cómo salimos de aquí siendo los mejores amigos. Aquí empecé a entender lo que significaba la cerveza, la buena cerveza. Empecé a entender que tenía más que ver con compartir. Con hablar un poquito más desde el corazón. Con coleccionar recuerdos, momentos, aromas y sabores.

 

LA IPA fue la tercera que probamos en una serie de 8 cervezas. La botella era preciosa. Celeste y blanca. Punk. Irreverente. Cool. El aroma prometía una experiencia diferente a todo lo que habíamos probado hasta ese momento de nuestras vidas. Fresco, como si hubieras metido la cabeza en un congelador. Cítrico, sugerente y zen, como lo que te inspira una hierba luisa. Hasta que probé el primer sorbo y se fue a la mierda la experiencia. El amargor fue demasiado para mi. Yo no sé cómo habrá sido la cara de los marineros que probaron las primeras IPAs, pero la mia calculo que más o menos así:

Fuente: Fotograma de Spot Gencan (Gremi d´elaboradors de cervesa artesanal i natural) https://www.youtube.com/watch?v=O_oiABZ-UZ0

Luego fui descubriendo que es más o menos normal esta reacción. El dulce y el salado son sabores sencillos para nuestro paladar. Desde que somos niños estos sabores nos parecen agradables. En cambio el ácido o el picante son más bien gustos que vamos adquiriendo con la edad. El amargor está incluso más allá. Más lejos dentro de nuestro espectro de sabores peruanos. Y por esto mismo nos suele “costar un poco más” cogerle el gusto. Digo que es más o menos normal porque luego están los que se enamoran a primera vista. Los que sin mayor explicación les encanta el sabor del lúpulo desde el minuto uno. Sea cual sea tu caso, lo que seguramente pasará, como con cualquier gusto adquirido, es que poco a poco lo empiezas a entender, a disfrutar, a valorar, a apreciar. Y luego, sin darte cuenta, un día descubres que extrañas el sabor amargo. Ya está dentro de tu dieta diaria de sabores. Ese día probablemente te veas más como éste (las barbas son opcionales):

Fuente: Fotograma de Spot Gencan (Gremi d´elaboradors de cervesa artesanal i natural) https://www.youtube.com/watch?v=O_oiABZ-UZ0

La noche de cata terminó tal como la guía había predicho. Las conversaciones fluían entre los grupos y era como si todos fuéramos un poco más sinceros, un poco más amigos y con menos necesidad de defendernos. Bajamos cantando por la calle camino a nuestras casas listos para dormir.

Nota final para tener en cuenta en una cata. Cuando llevas 2 litros de chela en el cuerpo o 6 estilos distintos, todo empieza a saber igual. Así que es una buena idea dejarla ahí. Esto no aplica para los jueces cerveceros. Estos personajes son de otro planeta, y están habituados a probar decenas de muestras de cervezas por día y estar en la perfecta capacidad de reconocer aromas, sabores, texturas y estilos.


Cambia, todo cambia

Cuando Barragrau comenzó hace 3 años el escenario local era otro. Había apenas unas 15 cervecerías en todo el Perú más o menos conocidas, y un montón de personas curiosas por descubrir estas cervezas. Un gran valor que podíamos dar al mercado como Barragrau era la facilidad para encontrar todas las cervezas en un solo lugar y para los cerveceros, la exposición de sus productos a través de internet. Hoy, con más de 100 productores nacionales de cerveza artesanal los retos son otros. Esta es una lista de nuestras metas/propósitos/norte para el 2018.

  • Lo primero y más importante es que cuando se tiene más de 200 productos en catálogo es necesario pasar de ser una mera lista a entender a nuestros usuarios y  mostrarle a cada quién lo más relevante.
  • Segundo. Es necesario seguir construyendo experiencias. Existen seguidores que valoran más el conocimiento, seguidores que valoran esos productos únicos de sus cervecerías favoritas, seguidores que valoran estar en la última de las cervezas que aparecen en el mercado, seguidores que valoran la comodidad de tener todo organizado en un sólo lugar y por último, pero no menos importante, los seguidores que están buscando hacer un regalo. Nuestra misión es seguir construyendo para cada uno de ellos experencias únicas.
  • Tercero. Seguir disminuyendo la barrera de entrada. Por supuesto, nos encantaría que más personas tengan la posibilidad de descubrir este apasionante mundo. Y por supuesto, somos conscientes de que mientas menor es el precio y mayor la cantidad de información, la barrera se hace más baja.
  • Cuarto. Incorporación de nuevos tipos y tamaños de botellas.
  • Quinto. Lima no es el Perú. Perú no es el límite.
  • Sexto. Sí, nos seguimos sintiendo identificados con todos aquellos productores que con mucho cariño y pasión hacen sus cervezas y comienzan en pequeña escala. Aunque tengamos un catálogo ya grande y que no hará más que crecer, seguiremos buscando un espacio para que esos pequeños productores tengan un lugar donde mostrar sus creaciones.
  • Séptimo. Seguir manteniendo el mismo nivel de calidad en todo lo que hacemos. El equipo Barragrau es ahora más grande y el reto es seguir funcionando como una máquina engrasada. Que nos mueva la misma pasión con la que comenzamos todo y con el mismo espíritu de divertirnos.
  • Octavo. Volver siempre a la gratitud. Que sea siempre esa el agua sobre la que navegamos. Gratitud hacia nuestros seguidores, gratitud por los que nos dejaron algo. Gratitud hacia los cerveceros que con su esfuerzo no dejan de producir maravillosas recetas. Gratitud hacia nuestro equipo, que día a día nos ayuda a hacer realidad este sueño. Gratitud hacia nuestros amigos y familia que siempre están ahí.

Yapa: Retomar la costumbre de comunicarnos más. Por este blog, por redes sociales, por email.